Selasa, 24 Mei 2011

Makalah Nanomaterial :))


SINTESIS NANOPARTIKEL TiO2 (TITANIA) MENGGUNAKAN MIKROORGANISME

Arindha Reni Pramesti (080810115) dan Windi Aprilyanti Putri (080810152)
Teknobiomedik – Universitas Airlangga
2011

ABSTRAK
Dengan biaya yang murah, ramah lingkungan, dan menggunakan mikroba yang dapat dikembangbiakan (Lactobacillus sp. Dan Sachharomyces cerevisae) bertindak sebagai penengah dalam biosintesis nanopartikel TiO2. Sintesis dilakukan pada suhu kamar dalam suasana laboratorium.  Analisis dengan difraksi X-ray (XRD) dan transmission electron microscopy (TEM) dilakukan untuk memastikan pembentukan nanopartikel TiO2. Nanopartikel tersebut memiliki ukuran 8-35 nm. Concentric Scherrer rings pada daerah yang dipilih dalam pola difraksi electron menunjukkan bahwa nanopartikel mengalami semua orientasi. Mekanisme yang terlibat adalah biosintesis nano-TiO2 dimana pH serta tekanan parsial gas hidrogen (rH2) atau potensial redoks memainkan peran penting dalam proses sintesis.

PENDAHULUAN
            Bahan dengan ukuran nano telah menarik perhatian para peneliti karena sangat berpotensi di hampir semua bidang kehidupan. Bahan biologis dan anorganik memang saling berhubungan dalam kehidupan ini. Titania (TiO2) merupakan material yang bersifat Non-toksik dan biokompatibel sehingga dapat di aplikasikan dalam ilmu biomedis, teknik jaringan tulang, serta dalam industri farmasi (digunakan sebagai anti UV dalam kosmetik). Pembentukan titania bubuk telah diteliti dengan menggunakan berbagai metode seperti metode sol-gel, hidrotermal, solvothermal, flame combustion, emulsion precipitation, biosintesis jamur, dll. Pada teknologi nano modern, interaksi antara nanopartikel anorganik  dan struktur biologis adalah salah satu yang paling menarik bidang penelitian. Hal ini didasarkan bahwa banyak organisme yang dapat menghasilkan bahan anorganik baik pada level intra atau ekstraselular. Selain itu penggunaan bahan biologis dalam protocol sintesis bersifat ramah lingkungan sehingga mengurangi penggunaan bahan kimia beracun.
            Molekul sederhana namun mudah beradaptasi berasal dari mikroba yang memiliki sifat hidup yang unik baik itu mikroba prokariot maupun eukariot. Lactobacillus, bakteri yang biasa digunakan sebagai pengental susu, sangat bermanfaat pada sistem ini. Lactobacillus bersifat non pathogenic, toleransi oksigen, gram positive, prokariotik, anaerobic-mesophilic microbe. Karena itu, Lactobacillus sangat energik, mudah beradaptasi dan menjanjikan karena bersifat potensial metabolic fluks. Dalam makalah ini digunakan Lactobacillus strain ( diperoleh dari susu mentega ) untuk tujuan sintesis nanopartikel TiO2. Selanjutnya, ragi masuk dalam kelas Ascomycetes ( juga disebut jamur kantung ) dalam kerajaan jamur. Untuk transformasi nanopartikel TiO2 (selanjutnya disingkat n- TiO2 ) menggunakan ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae )
            Penggunaan bakteri Lactobacillus sp. dan ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae ) untuk sintesis nanopartikel TiO2 (n- TiO2) memiliki beberapa keunggulan diantaranya biayanya lebih murah, ramah lingkungan, dan dapat berkembang biak (diproduksi terus-menerus).

MATERIAL DAN METODE
1.      Sintesis nanopartikel TiO2 menggunakan Lactobacillus sp.

Gambar 1a.

2.      Sintesis nanopartikel TiO2 menggunakan yeast (ragi).
Sel ragi diizinkan untuk tumbuh sebagai kultur suspensi yang mengandung karbon dan nitrogen selama 36 jam dan diperlakukan sebagai sumber kultur. Sumber kultur ini diambil sebanyak 25 ml dan disaring, kemudian diencerkan dengan menambahkan 30% nutrisi yang mengandung Et-OH. Kultur yang sudah diencerkan dibiarkan tumbuh selama 24 jam hingga mencapai warna terang kekuning-kuningan. Sekarang, 20 ml larutan dari 0.025 (M) TiO.(OH)2 ditambahkan ke dalam larutan kultur yang telah diencerkan dan kemudian dipanaskan sampai dengan suhu 60oC selama 10-20 menit hingga endapan putih mulai muncul pada dasar tabung elenmeyer, ini menunjukkan awal dari perubahan. Sekarang, larutan kultur yang telah didinginkan di-inkubasi pada suasana suhu kamar di laboratorium. Setelah 12-48 jam, larutan kultur diamati dan terlihat jelas endapan-endapan putih kekuningan yang tersimpan pada bagian bawah tabung elenmeyer (Gambar 1b ).  

Gambar 1b.

3.      Karakterisasi
Pembentukan nanopartikel TiO2 diperiksa menggunakan difraksi X-ray (XRD) dengan radiasi CuKα λ = 1.5405 Ά dengan rentang sudut antara 20o 2Ɵ≤80o. Kemudian juga dilakukan analisis dengan menggunakan TEM (Transmission Electron Microscope). Specimen diendapkan dalam air suling, di dispersikan dengan ultrasonically untuk memisahkan partikel-partikelnya, dan satu atau dua tetes suspense di endapkan diatas karbon yang dilapisi tembaga dan dikeringkan dibawah lampu inframerah.

HASIL
Gambar. 1a dan 1b, masing-masing, menunjukkan mikrograf TEM dari nanopartikel TiO2 yang dibentuk dengan menggunakan Lactobacillus sp. dan ragi. Mikrograf tersebut menggambarkan dengan jelas bentuk nanopartikel serta jumlah agregat yang sangat sedikit. Pengukuran dilakukan sepanjang diameter terbesar dari partikel-partikel. Partikel yang ditemukan hampir berbentuk bulat yang memiliki ukuran antara 8-35 nm. Histogram ukuran partikel n- TiO2 (Gambar 1c dan 1d), menunjukkan distribusi luas partikel yang berkisar antara 8-35 nm. Ukuran partikel rata-rata 24,63 ± 0,32 nm untuk Lactobacillus dan 12,57 ± 0,22 nm untuk nanopartikel TiO2 yang disintesis dengan ragi. Sebagian besar n- TiO2 tersebar dengan sedikit menunjukkan adanya agregat berbagai ukuran seperti yang diamati di bawah TEM. Perbedaan  ukuran mungkin karena adanya kenyataan bahwa nanopartikel dibentuk pada waktu yang berbeda, yang dapat membatasi ukuran nanopartikel karena kendala yang berkaitan dengan nukleasi partikel di dalam organisme. Gambar. 1e dan 1f merupakan pola elektron difraksi yang diperoleh dari nanopartikel-TiO2, masing-masing pada Gambar. 1a dan 1b. Concentric Scherrer rings yang jelas terlihat, menunjukkan bahwa telah terbentuk nanopartikel- TiO2.
Gambar 1. (a dan b) Foto TEM n-TiO2 disintesis menggunakan Lactobacillus sp. dan ragi. Inset di A dan B adalah pengendapan n-TiO2. (c dan d) ukuran Partikel
distribusi (%). (e dan f) pola SAED (Selected-area electron diffraction) n-TiO2 (atas: sintesis dibantu Lactobacillus  dan bawah: sintesis dibantu ragi).

Gambar 2. Pola difraksi sinar-X n-TiO2 pada suhu kamar.

Gambar. 2 menunjukkan pola difraksi sinar-X nanopartikel TiO2 yang disintesis menggunakan Lactobacillus sp. dan ragi. Pola XRD menunjukkan adanya puncak-puncak. Lebar puncak menunjukkan tiap partikel mempunyai ukuran kristal yang sangat kecil, atau partikel memiliki karakteristik semikristalin di alam. Puncak pola-XRD yang digunakan sebagai acuan dan parameter sel ditentukan dengan standar komputer program 'POWD' menggunakan eksperimental nilai d dari puncak pada kristal yang berbeda. Regresi kuadrat yang paling sesuai dengan data difraksi adalah yang dihasilkan oleh parameter kisi. Parameter kisi yang diperoleh untuk nanopartikel-TiO2 sesuai dengan fase anatase tetragonal: α = 3.786 Å dan c= 9.512 Å. Selain fase anatase, beberapa puncak fasa dengan parameter kisi α = 4.593 Å dan c = 2.958 Å juga muncul pada kedua pola XRD. Fase ini sesuai dengan literatur (JCPDS). Selanjutnya, parameter kisi ditemukan hampir sama pada kedua pola XRD, parameter kisi ditemukan bervariasi. Ukuran partikel yang tampak dari n-TiO2 diperoleh dengan menganalisis puncak difraksi sinar-X, menggunakan persamaan Scherrer's: Phkl = 0.89l/b1/2 cos q, di mana b1/2 = full width at half maximum (FWHM) garis perluasan pada setengah dari intensitas maksimum dalam radian. Ukuran partikel rata-rata diperkirakan adalah 30 nm pada Lactobacillus sp dan 18 nm pada nanopartikel-TiO2 yang disintesis dengan ragi. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebenaran itu, adalah dengan uji pengindeksan dan struktur titania SDd {=S (dobs-dcalc)} ditemukan sangat rendah. Dari data XRD menunjukkan bahwa ukuran n-TiO2 diperkirakan sama dengan analisis menggunakan TEM. Selain itu, struktur n-TiO2 seperti yang diamati dalam pola SAED menyerupai dengan hasil XRD. Ukuran partikel yang diperoleh pada sintesis dengan ragi adalah lebih kecil terutama karena ragi adalah tingkat sel  eukariot. Reaksi kimia yang berlangsung dalam medium kultur mungkin sebagai berikut: 
Untuk Lactobacillus:










 Untuk Ragi :












PEMBAHASAN
1. Lactobacillus
Lactobacillus, seperti sebagian besar bakteri, memiliki potensi elektrokinetik negatif; yang siap menarik kation dan bertindak sebagai inti dari prosedur biosintesis. Sebelumnya, seperti kemungkinan bioarbsorpsi dan bioreduction telah dilaporkan dalam kasus iodida perak oleh Lactobacillus sp. A09. Kapasitas Lactobacillus untuk tumbuh bahkan dengan adanya oksigen adalah lebih baik. Penambahan reducing agents seperti glukosa cenderung untuk menurunkan nilai potensial oksidasi-reduksi. Potensial oksidasi-reduksi menunjukkan karakter kuantitatif tingkat Aerobiosis memiliki unit yang dinyatakan sebagai rH2 (logaritma negatif dari tekanan parsial gas hidrogen). Jadi, dengan mengendalikan potensi oksidasi-reduksi dari media nutrisi, kondisi bisa direkayasa untuk pertumbuhan anaerob dengan adanya oksigen dengan cara menurunkan rH2, dan juga dengan melatih aerob dalam kondisi anaerobik dengan meningkatkan rH2 pada medium. Oleh karena itu, komposisi media nutrisi memainkan peran penting dalam biosintesis nanopartikel logam dan atau oksida yang dilakukan dalam penelitian ini. Energi berasal dari glukosa (dengan mengontrol nilai rH2), status ionik pH menengah dan keseluruhan potensial oksidasi-reduksi (rH2) yang sebagian dikendalikan oleh bikarbonat, semua faktor tersebut secara kumulatif bernegosiasi pada sintesis nanopartikel TiO2 dengan Lactobacillus.  pH agak asam dan penurunan rH2 mengaktifkan ikatan membrane oksidoreduktase dan membuat suasana yang diperlukan untuk sintesis nanopartikel oksida seperti digambarkan dalam Gambar. 3.

Gambar 3. Skema untuk biosintesis n-TiO2.

2. Ragi
Ikatan membran (sama seperti sitosol) oxidoreductase dan kuinon telah memainkan peranan penting dalam proses biosintesis ini.  Oxidoreductase dengan pH sensitive dan bekerja dengan cara alternatif. Pada nilai pH rendah, oksidase akan diaktifkan sedangkan pada nilai pH tinggi akan mengaktifkan reduktase. Seiring dengan itu, sejumlah hidroksi sederhana atau derivatif metoksi dari benzoquinon dan toluquinon yang dimiliki oleh jamur tingkat rendah (terutama Penicillium dan Aspergillus). Ragi bisa tumbuh pada setiap quinone seperti lainnya karena memiliki kelas yang sama dari jamur sehingga memfasilitasi reaksi redoks pada tautomerization. Transformasi tampaknya terjadi di dua tingkat yang berbeda, pada tingkat membran sel segera setelah penambahan larutan TiO•(OH)2 yang memicu tautomerization dari kuinon dan pH rendah pada oksidasi dan membuat molekul tersedia untuk transformasi. Setelah masuk ke sitosol, TiO•(OH)2 mungkin telah memicu oxygenase berlabuh di retikulum endoplasma (RE), terutama dimaksudkan untuk detoksifikasi tingkat sel melalui proses oksidasi atau oksigenasi. Menggunakan fakta-fakta yang disebutkan di atas, penelitian lain  sebelumnya melaporkan sintesis logam selenium, kadmium, perak, titanium, serta oksida antimon. Skema untuk biosintesis n-TiO2 diilustrasikan pada Gambar. 3. Oleh karena itu, dibandingkan dengan ada tidaknya protokol, prosedur yang ada sekarang adalah lebih murah, tidak beracun dan ramah lingkungan.

APLIKASI TiO2                      
Nanopartikel adalah partikel yang berukuran sangat kecil dengan diameter antara 1-100 nanometer. Ukuran partikel diklasifikasikan berdasarkan criteria berikut ini :
Kasar                                            : Partikel dengan diameter rata-rata < 10 m.
Halus                                            : Partikel dengan diameter rata-rata <2.5 m.
Nanopartikel (sangat halus)        : Partikel dengan diameter rata-rata 1-100 nm.
Partikel-partikel yang berukuran sangat halus ini bermanfaat bagi industry kosmetik karena dapat mengisi celah-celah mikroskopik di kulit dan masuk ke dalam kulit dengan lembut. Tapi , bagaimanapun juga ternyata partikel nano juga dapat menimbulkan resiko kesehatan yang serius ketika dihirup atau diserap oleh tubuh.
Ketika terhirup, nanopartikel dapat menempel di paru-paru, sehingga tidak mungkin bagi tubuh untuk menghilangkan partikel asing. Make-up yang terdiri dari material bubuk yang berukuran nano dapat beresiko bagi kesehatan, terutama bagi mereka yang menderita bronchitis.
Penelitian menunjukkan bahwa Titanium Dioksida (TiO2) dalam bentuk nanopartikel dapat menyebabkan kanker paru-paru dan memiliki efek yang sama ketika kontak dengan jaringan hidup. Beberapa orang mengatakan bahwa selama nanopartikel TiO2 digunakan dalam bentuk non udara seperti dalam bentuk krim, umumnya masih diakui aman. Namun, penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel mungkin dapat lolos langsung melalui kulit, terutama bila kulit tertekuk selama gerakan, dan melalui folikel rambut dan luka. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan tingkat penyerapan nanopartikel melalui kulit.
Aplikasi nanopartikel TiO2 dapat ditemukan dalam produk kosmetik sebagai UV filter dalam tabir surya. Nanopartikel Titania menjadi sangat populer karena tetap dapat mempertahankan sifat UV filter dan penyerapan, selain itu dapat menghilangkan penampilan ‘kapur putih’ seperti pada tabir surya tradisional. Produk yang menggunakan nanopartikel TiO2 bersifat transparan sehingga meningkatkan daya tarik estetika, tidak berbau, tidak terlalu berminyak, dan lebih mudah diserap oleh kulit. Banyak tabir surya dan pelembab yang tersedia sekarang menggunakan nanopartikel TiO2, seperti produk dari The Body Shop, Avon, L’Oréal, dan Nivea.

KESIMPULAN
Metode biosintetik ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu dengan biaya yang efektif mampu menghasilkan nanopartikel TiO2.  Hasil analisa dengan menggunakan TEM menunjukkan ukuran partikel rata-rata 24,63 ± 0,32 nm untuk Lactobacillus dan 12,57 ± 0,22 nm untuk nanopartikel TiO2 yang disintesis dengan ragi. Sedangkan hasil analisis dengan menggunakan XRD menunjukkan sintesis n-TiO2 dengan menggunakan lactobacillus menghasilkan partikel nano dengan ukuran 30nm sedangkan sintesis n-TiO2 dengan menggunakan ragi menghasilkan partikel nano dengan ukuran 18nm.

DAFTAR PUSTAKA

Anal K. Jha, K. Prasad, A.R. Kulkarni. 2009. Synthesis of TiO2 nanoparticles using microorganisms. Elsevier B.V.
Beauty by the batch. 2011. http://www.beautybythebatch.com/articles/nanoparticlesmineralmakeup.asp . diakses tanggal 19 April 2011.
The Mineral Powder Foundation Ingredients List. http://people.delphiforums.com/tracikenyon/IngredList22405.htm

Makalah Dasar Manajemen :D


MAKALAH
Sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar Manajemen
Prodi Teknobiomedik

Oleh :
Arindha Reni Pramesti
080810115

PROGRAM STUDI S1 TEKNOBIOMEDIK
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2011



BAB 1
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan komunikasi yang canggih semakin memudahkan masyarakat. Handphone telah menjadi salah satu kebutuhan primer masyarakat sekarang. Kemudahan berkomunikasi lewat handphone memicu masyarakat mulai meninggalkan telepon kabel TELKOM. PT. Telkom (PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.) sebagai korporat yang bergerak dalam bisnis telekomunikasi tentu juga dihadapkan pada tantangan bisnis yang sengit. Perubahan yang sangat cepat bukan hanya dari sisi teknologi saja, regulasi dibidang telekomunikasi juga mengalami perubahan secara mendasar.
Sementara pasar bisnis telekomunikasi saat ini sangat terbuka, pengelolaan otoritas telekomunikasi itu sendiri mengalami perubahan paradigma dari monopoli menjadi pro-pasar. Hal ini ini tidak saja terjadi di Indonesia, akan tetapi hampir di seluruh dunia. Peran nyata yang ditunjukkan oleh pemerintah dalam hal ini diimplementasikan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, yang menyebutkan bahwa penyelenggara jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh empat badan hukum; yaitu Badan Hukum Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta, dan koperasi. Bahkan undang-undang tersebut secara tegas menyatakan larangan praktek monopoli. Pada akhirnya, kompetisi bisnis telekomunikasi di Indonesia sejak tahun tersebut benar-benar memaksa PT. TELKOM untuk bersaing secara profesional. Hal ini karena pasar sudah bergeser dari kondisi monopoli hingga bermunculan pesaing baru dalam bisnis yang sama. Ini adalah awal dari perubahan yang tidak dapat dihindari oleh PT. TELKOM.
Konsumen Indonesia sudah dihadapkan pada banyak pilihan produk layanan jasa telekomunikasi. Telepon rumah yang dianggap sudah tidak efisien mulai ditinggalkan. Menyikapi kondisi persaingan yang mulai sengit tersebut, tentu saja diperlukan strategi pemasaran yang jitu sehingga PT. TELKOM tetap mampu menjadi leader diantara para pendatang baru yang berambisi memenangkan persaingan bisnis telekomunikasi di Indonesia. Singkatnya diperlukan strategi yang tepat untuk dapat mempertahankan pelanggan telepon kabel Telkom.

B.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan informasi relevan dari latar belakang di atas, selanjutnya permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Strategi apa yang harus dilakukan oleh PT. Telkom untuk dapat mempertahankan pelanggan telepon kabel Telkom ?

C.         TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Menerapkan solusi yang efektif untuk mempertahankan jumlah pelanggan telepon rumah Telkom dan menjadikan Telkom tetap menjadi Leader dalam bisnis telekomunikasi di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Perkembangan PT. Telkom
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (“TELKOM”, ”Perseroan”, “Perusahaan”) merupakan Badan Usaha Milik Negara dan penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon kabel tidak bergerak (fixed wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (fixed wireless), layangan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.
Sebagai BUMN, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa Perusahaan sedangkan sisanya dimiliki oleh publik.
            PT. TELKOM adalah suatu badan usaha yang didirikan dengan staatsbland No. 52 tahun 1884 dengan nama Post-en Telegraaf Dienst. Penyelenggaraan telekomunikasi di Hindia Belanda pada waktu itu diselenggarakan oleh swasta. Sampai tahun 1905 tercatat 38 perusahaan telekomunikasi, yang pada tahun 1906 diambil alih oleh Hindia Belanda dengan berdasar staatsbland No. 195 tahun 1906. Sejak itulah berdiri Post Telegraaf en Telefoon Dienst atau PTT – Dienst. PTT – Dienst ditetapkan sebagai Perusahaan Negara berdasarkan staatsbland No. 419 tahun 1927 tentang Indonesische Bedrijvebwet ( I. B. W – Undang-undang Perusahaan Negara ). Jawatan ini berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang (Perpu) No. 19 tahun 1960 oleh pemerintah Republik Indonesia, tentang persyaratan suatu perusahaan Negara, dan PTT Dienst memenuhi syarat untuk tetap menjadi suatu Perusahaan Negara (PN). Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 240 tahun 1961, tentang Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi disebutkan bahwa Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2,1 B.W dilebur dalam Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Pos dan Telekomunikasi), (PT. Telkom, 1997).
            Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah memandang perlu membagi PN Pos dan Telekomunikasi menjadi dua Perusahaan Negara yang berdiri sendiri. Berdasar Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1965, berdirilah Perusahaan Negara Pos dan Giro ( PN Pos dan Giro ) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi), yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1974. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) sebagai badan usaha tunggal penyelenggara jasa telekomunikasi dalam dan luar negeri (PT. Telkom, 1997). Hubungan telekomunikasi luar negeri juga diselenggarakan oleh PT. Indonesia Satellite Corporation (Indosat) yang masih berstatus asing, yakni dari American Cable & Radio Corporation. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1980 tentang telekomunikasi untuk umum, yang isinya tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1980, Perusahaan Umum Telekomunikasi ditetapkan sebagai badan usaha yang berwenang menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan usaha untuk penyelenggaraan telekomunikasi internasional (Anonim, 2004).
            Sampai pada Repelita V Pemerintah memandang perlu adanya akselerasi pembangunan di bidang telekomunikasi, karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sector lainnya. Selain hal tersebut, penyelenggara telekomunikasi membutuhkan manajemen yang professional, maka dari itu perlu adanya usaha untuk meningkatkan bentuk perusahaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, maka bentuk Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia atau PT. Telkom (PT. Telkom, 1997). Pada tanggal 14 November 1995, dilakukan penawaran umum perdana saham Telkom (Initial Public Offering/IPO). Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing atau POWL) di Tokyo Stock Exchange (Anonim, 2004).
            Untuk selanjutnya dibentuk suatu Kerja Sama Operasi (KSO) dan mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT. Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan banten – dengan mitra PT. Aria West International (Aria West); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT. Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT. Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT. Bukaka Singtel.
            Pada tahun 1999 disahkan Undang-Undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi. Pada masa ini mulai terjadi duopoli dalam bidang penyedia jasa telekomunikasi. Pada tahun 2001, Telkom membeli 35% saham telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat (Anonim, 2004). Untuk lebih jelasnya, sejarah perkembangan PT. Telkom tersebut dipresentasikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sejarah Perkembangan PT. Telkom
Tahun
Bentuk Lama
Bentuk Baru
1906
Post en Telegraaf Dienst
Post telegraaf & Telefoon Dienst
1931
Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon Dienst
Perusahaan Negara PTT
1961
Perusahaan Negara PTT
1965
PN POSTEL
PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi
1974
PN Telekomunikasi
PERUMTEL
1991
PERUMTEL
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)

2.2 Layanan PT. Telkom
TELKOM menyediakan beragam jasa telekomunikasi sebagai berikut:
• Telepon tidak bergerak (yang terdiri dari telepon kabel tidak bergerak dan nirkabel tidak bergerak) serta termasuk sambungan telepon jarak jauh;
• Seluler;
• Interkoneksi;
• Jaringan;
• Data, internet dan jasa teknologi informasi;
• Perjanjian Pola Bagi Hasil; dan
• Jasa lain (termasuk pendapatan dari buku petunjuk telepon dan pengelolaan gedung).
Segmen telepon kabel tidak bergerak menyediakan sambungan telepon lokal, sambungan langsung jarak jauh (“SLJJ”), dan internasional, serta jasa telekomunikasi lain (seperti penyewaan jaringan, teleks, transponder, satelit dan Very Small Aperture Terminal atau VSAT) sebagai jasa pelengkapnya. Segmen telepon nirkabel tidak bergerak menyediakan sambungan telepon lokal dan SLJJ berbasis CDMA serta jasa telekomunikasi lainnya. Segmen seluler menyediakan jasa telekomunikasi dasar terutama jasa telekomunikasi telepon seluler. Segmen operasi lainnya yang tidak melebihi 10% dari pendapatan, disajikan sebagai segmen lain-lain yang terdiri dari layanan buku petunjuk telepon dan bisnis pengelolaan gedung.
Layanan PT. Telkom yang dulu menyerap banyak keuntungan adalah jasa telepon tetap kabel (fixed wireline). Namun, seiring dengan meningkatnya penggunaan ponsel di Indonesia, jasa telepon tetap kabel mulai ditinggalkan. Studi terbaru lembaga penelitian ROA (Research On Asia) Group mengungkapkan perkembangan pasar ponsel Indonesia yang terus tumbuh pesat. Diprediksikan juga angka pertumbuhan tahun 2007 sampai 2010. Disebutkan, pengguna ponsel di Indonesia tercatat sebanyak 68 juta pada akhir tahun 2006 dan akan tumbuh menjadi 94,7 juta pada tahun 2007. Pada tahun 2010, angka pengguna ponsel di Indonesia pun diprediksikan mencapai angka 133 juta. Dengan kata lain, sekitar separuh dari seluruh populasi negeri ini yang diperkirakan mencapai 250 juta jiwa, merupakan pengguna ponsel. Perkembangan pasar ponsel Indonesia yang pesat ini dipengaruhi berbagai faktor. Di antaranya, layanan jaringan diperkirakan akan tumbuh cepat karena investasi yang agresif dalam bidang infrastruktur. Beberapa operator ponsel juga telah melakukan penurunan tarif radikal meskipun industri ini disebutkan masih dalam taraf pertumbuhan. Hal ini membuat akan lebih banyak penduduk dengan pendapatan rendah atau menengah menjadi konsumen ponsel. Sementara itu, operator ponsel Indonesia yang punya lisensi mengembangkan layanan secara nasional diharapkan terus mengembangkan jaringan baru secara cepat

BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Industri telekomunikasi di Indonesia telah memasuki momentumnya seiring dengan semakin tingginya kesadaran serta pengetahuan masyarakat terhadap produk dan layanan berbasis teknologi informasi serta manfaatnya terhadap kehidupan. Populasi Indonesia yang besar serta pertumbuhan ekonominya yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara menawarkan peluang tersendiri bagi kelanjutan pertumbuhan bisnis di industri telekomunikasi dan memperbesar pangsa pasar telekomunikasi itu sendiri. Namun demikian secara geografis, industri telekomunikasi di Tanah Air dihadapkan pada tantangan pengembangan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan atas akses terhadap jasa telekomunikasi yang berkualitas bagi penduduk di daerah terpencil. Sementara itu, masuknya pemain baru baik dari dalam maupun dari luar negeri, yang dimungkinkan oleh reformasi di sisi regulasi awal tahun 2000, mengukuhkan posisi industri ini sebagai salah satu sektor paling dan strategis untuk investasi jangka panjang. Meskipun di satu sisi, situasi ini meningkatkan persaingan, terutama di bisnis jaringan telepon seluler (baik berbasis Global System for Mobile Communication (“GSM”) maupun Code Division Multiple Access (“CDMA”), pemerintah melalui Menkominfo menjamin adanya pertumbuhan bisnis yang sehat di antara para operator telekomunikasi yang ada sehingga masing-masing dapat berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Peluang bisnis di industri telekomunikasi Tanah Air semakin terbuka lebar sejalan dengan pertumbuhan bisnis seluler yang terus menciptakan inovasi baru dan memudahkan akses internet secara mobile bagi para pelanggannya sehingga meningkatkan prospek bisnis layanan komunikasi data. Roadmap maupun tren teknologi di bidang telekomunikasi data ke depannya akan mengarah pada penerapan teknologi HSPA+, WiMax dan Long Term Evolution (”LTE”). Arah perkembangan teknologi juga mengonfirmasikan bahwa kebutuhan pelanggan terhadap layanan data terus meningkat, tidak hanya suara (voice) namun juga Short Messaging Service (”SMS”).
Pada tahun 1995, TELKOM diberikan hak monopoli untuk melayani telekomunikasi lokal tidak bergerak yang berlaku hingga tanggal 31 Desember 2010, dan layanan SLJJ hingga tanggal 31 Desember 2005. Indosat dan Satelindo (yang kemudian digabungkan dengan Indosat) memperoleh hak duopoli untuk melayani telekomunikasi internasional hingga tahun 2004. Sebagai konsekuensi dari berlakunya Undang-Undang Telekomunikasi, Pemerintah mengakhiri hak eksklusif kami dan hak duopoli Indosat dan Satelindo. Pemerintah sebaliknya menerapkan kebijakan duopoli dengan memberlakukan persaingan antara TELKOM dan Indosat sebagai penyelenggara layanan dan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang lengkap. Pasar bagi penyelenggaraan jasa SLI kemudian diliberalisasi pada bulan Agustus 2003 dengan dihapuskan hak eksklusif Indosat dan Satelindo. Indosat mulai mengoperasikan layanan tidak bergerak pada tahun 2002 dan akses layanan tidak bergerak nirkabel serta SLJJ pada tahun 2003 setelah diperolehnya lisensi layanan SLJJ. Kami kemudian menerima sebuah lisensi layanan SLI dan mulai menawarkan layanan SLI pada tahun 2004 sehingga menciptakan persaingan langsung dengan Indosat. Indosat tetap merupakan pesaing terbesar kami dalam melayani telepon tidak bergerak kabel dan SLJJ dan kami juga bersaing dengan penyedia layanan telepon tidak bergerak kabel lain seperti PT Bakrie Telecom (sebelumnya Ratelindo) dan PT Batam Bintan Telecom. Layanan telepon kabel tidak bergerak yang sudah sejak lama kami layani, akan tetapi mengalami dan terus menghadapi persaingan dari layanan seluler, terutama dengan menurunnya tariff untuk layanan ini, dan dari layanan alternatif lainnya seperti layanan telepon nirkabel tidak bergerak, layanan “SMS”, “VoIP” dan layanan e-mail.
Kinerja pendapatan PT Telkom Tbk dari divisi telepon kabel (fixed line) terus menurun. Di 2010 ini, jumlah pelanggan telepon kabel Telkom turun. Perhatikan tabel dibawah ini :

Sumber : Laporan Tahunan Telkom 2010
Pendapatan telepon kabel tidak bergerak menurun sebesar 14,5% dari Rp16.708,6 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp14.286,3 miliar pada tahun 2009 dan 9,4% dari tahun 2009 menjadi Rp12.940,0 miliar pada tahun 2010. TELKOM meyakini bahwa pendapatan telepon kabel tidak bergerak menurun disebabkan peningkatan pemakaian dan penurunan tarif layanan seluler dan telepon nirkabel tidak bergerak dan juga peningkatan penetrasi dari pelanggan seluler di Indonesia. Layanan seluler dan telepon nirkabel tidak bergerak meningkatkan kenyamanan pengguna bahkan untuk keadaan tertentu, panggilan ke sesama pengguna dalam satu penyedia jaringan dikenakan tarif yang lebih rendah dibandingkan tarif panggilan telepon kabel tidak bergerak ke pengguna dari penyedia jaringan lain. Walaupun TELKOM memperkirakan telepon tidak bergerak termasuk telepon kabel tidak bergerak akan tetap memberikan kontribusi signifikan pada pendapatan usaha TELKOM.
Kecenderungan penurunan pendapatan telepon kabel tidak bergerak diperkirakan akan terus terjadi. Sebagai bagian dari strategi perusahaan, TELKOM sedang mencari upaya untuk mengoptimalisasi bisnis telepon tidak bergerak melalui berbagai cara, termasuk meningkatkan efisiensi biaya, mengembangkan layanan sambungan internasional telepon tidak bergerak dan meningkatkan nilai tambah layanan telepon kabel tidak bergerak.
Pendapatan telepon tidak bergerak menurun sebesar Rp1.346,3 miliar, atau 9,4%, dari Rp14.286,3 miliar pada 2009 menjadi Rp12.940,0 miliar pada 2010. Penurunan pada pendapatan telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan pemakaian sebesar Rp1.036,0 miliar atau 10,0% dari Rp10.322,5 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp9,286.5 miliar pada tahun 2010. Kemudian pendapatan dari abonemen bulanan turun sebesar Rp255,8 miliar, atau 7,3% pada tahun 2010. Penurunan pendapatan pemakaian terutama disebabkan penurunan pemakaian local sebesar 21,3% dari Rp2.492,7 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.962,8 billion pada tahun 2010, dan penurunan sebesar 12,5% pada pendapatan SLJJ dari Rp1.983,1 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.735,7 miliar pada tahun 2010. Penurunan pendapatan sambungan telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh penurunan pada pendapatan pemakaian serta pendapatan abonemen bulanan.

BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH

Pada tahun 2010 dan tahun-tahun terakhir ini, tercatat bahwa tren di industri telekomunikasi saat ini didominasi oleh konvergensi yang mencakup jaringan, layanan, perangkat dan industri itu sendiri. Dalam rangka mengantisipasi dan menjawab tantangan tersebut, sejak empat tahun lalu, TELKOM bangkit mendiversifikasi layanannya mengikuti perkembangan industri dan kebutuhan pelanggan guna mempertajam daya saing perusahaan.
Bisnis telepon kabel tidak bergerak Telkom pada tahun 2010 mencatat kinerja yang positif dengan melambatnya penurunan tingkat pendapatan bisnis ini menjadi satu digit, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang signifikan akibat subtitusi layanan seluler. Hal ini dapat terjadi karena Telkom banyak melakukan inisiatif strategis. Inisiatif strategis ini merupakan inisiatif yang terkait erat dengan strategi untuk memperlambat penurunan pendapatan dari bisnis telepon kabel tidak bergerak dan efisiensi biaya untuk mempertahankan bisnis legacy yang cenderung menunjukkan kinerja yang menurun, di antaranya melalui:
• Upaya menaikkan kontribusi margin dan pendapatan FWL (Fixed Wire Line/Telepon Kabel Tidak Bergerak);
• Penurunan jumlah cabutan (churn) di layanan FWL dengan menggali peluang peningkatan layanan yang masih belum dioptimalkan dan melakukan inovasi layanan;
• Penyesuaian organisasi serta pengembangan bisnis-bisnis lainnya;
• Peningkatan bisnis proses untuk layanan FWL guna mencapai efisiensi operasional; dan
• Perubahan budaya yang akan mendukung tercapainya target-target bisnis yang ditetapkan.
Untuk meningkatkan kualitas sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak, TELKOM mengupayakan penyediaan layanan konektivitas yang handal dan berkualitas baik untuk panggilan lokal, SLJJ maupun panggilan internasional. Selain itu, kualitas layanan pada fitur-fitur lain, seperti pesan-suara (voicemail) dan layanan informasi, tagihan dan buku petujuk, ikut ditingkatkan. TELKOM dalam hal ini juga melakukan migrasi teknologi dengan mengadopsi teknologi yang lebih efisien, menurunkan cabutan di FWL (Fixed Wire Line), mengoptimalkan peluang di layanan SLI (Sambungan Langsung Internasional) dan mengembangkan inovasi layanan baru, seperti layanan NGN (Next Generation Network)dan FMC (Fixed Mobile Convergence).
NGN (Next Generation Network) adalah istilah umum yang merujuk pada jaringan berbasis paket yang mampu menyediakan layanan- layanan termasuk layanan telekomunikasi, dan dapat memanfaatkan berbagai tingkatan broadband, teknologi transpor yang memungkinkan penerapan kualitas layanan, dan dalam fungsi-fungsi terkait layanan yang terpisah dari teknologi terkait transport utama. NGN memungkinkan dalam suatu jaringan membawa berbagai tipe informasi dan layanan (suara, data, dan berbagai jenis media seperti video) yang dikemas menjadi paket-paket seperti dalam teknolgi internet. NGN umumnya dibangun mengelilingi protokol internet.
FMC (Fixed Mobile Convergence) merupakan suatu konsep yang berdasar pada penggunaan protocol yang sama untuk jaringan fixed, seluler maupun internet. Konfergensi adalah bersatunya layanan telekomunikasi, teknologi informasi dan penyiaran dimana penyelenggaraan jasa telekomunikasi merupakan kegiatan penyediaan atau pelayanan jasa telekomunikasi melalui media apa saja termasuk TV, siaran, radio, dan multimedia. Dengan adanya konvergensi ini diharapkan layanan multimedia berjalan pada perangkat (terminal), tanpa melihat mode akses dan arsitektur jaringannya masing-masing. Dengan kata lain operator yang memiliki fixed network, mobile network maupun internet network dapat mengintegrasikan teknologinya menjadi satu pada pada layer core networknya (packet switching backbone broadband yang berbasis IP) yang dikenal dengan istilah Next Generation Network (NGN).
Dalam pengelolaan cabutan pelanggan, TELKOM melanjutkan promosi ”fixed business improvement program”, yang menawarkan paket pembayaran tetap bulanan untuk panggilan lokal dan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) hingga jumlah ter tentu berdasarkan sejarah jumlah pemakaian pelanggan terkait. Selain itu, untuk meningkatkan loyalitas pelanggan telepon kabel tidak bergerak, TELKOM meluncurkan program point reward ‘TELKOM Poin Rejeki Tumpah’. Poin yang diperoleh pelanggan dapat ditukarkan dengan hadiah langsung dengan jumlah poin tertentu atau dapat digunakan untuk memperoleh manfaat tertentu berupa undian berhadiah.
Dengan penetrasi pasar telepon kabel tidak bergerak di Indonesia sebesar 3,0% per 31 Desember 2010, TELKOM menguasai kurang lebih 99,0% pangsa pasar dengan jumlah 8,3 juta pelanggan. Tercatat adanya penurunan sebesar 0,9% dalam jumlah pelanggan telepon kabel tidak bergerak yang dilayani TELKOM per 31 Desember 2010 dibandingkan tahun 2009, yang lebih kecil daripada penurunan sebesar 2,9% pada tahun 2009 dibandingkan pada tahun 2008.
Untuk mengembangkan jaringan sambungan Telepon Tidak Bergerak,  Pada tahun 2010 TELKOM memperkuat infrastruktur NGN (Next Generation Network) seiring dengan Rencana Induk INSYNC2014 untuk mencapai visi transformasi jaringan yang mendukung layanan Broadband for Digital Home, “Broadband for Enterprise” dan “Broadband Anywhere”. Sebagai upaya lebih lanjut untuk memperkokoh layanan TIME (Telecomunication, Information, Media, Edutainment), TELKOM berencana untuk:
1.       Terus mengimplementasikan dan mentransformasikan jaringannya sesuai dengan tiga visi implementasi broadband TELKOM yaitu Home Digi tal Environment, Enterprise Broadband, da Broadband Anywhere;
2.      Terus meningkatkan kemampuan jaringan full IP transport melalui program: peningkatan bandwidth internet domestik & international, ekspansi Terra IP backbone, ekspansi IP over Lambda berbasis 10Gb, 40Gb dan kedepan berbasis 100Gb per lambda, melakukan sinergi di TELKOMGroup menuju converged dan single transport, melanjutkan pembangunan Metro Ethernet yang difungsikan sebagai jaringan single transport metro untuk menyediakan layanan-layanan berbasis IP dan multiplay, melanjutkan implementasi Fiber To The Home (“FTTH”) dan GPON, serta melanjutkan migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off.
3.       Mengimplementasikan Smart Core melalui program layanan konvergen platform berdasarkan Integrated Management System (“IMS”), mengimplementasikan database profil pelanggan terpadu, Service Delivery Platform (“SDP”) brokerage & orchestration.
4.      Memperluas jangkauan akses broadband sampai dengan pelanggan Enterprise dan Residential melalui rangkaian program Managed Enterprise Services, Managed Smart Customer Premises Equipment (“CPE”), Home Automation, Surveillance, dan Home Interconnect.
TELKOM telah mengambil berbagai langkah untuk menanggulangi dampak penuruna pelanggan telepon kabel dan menstabilisasi pendapatan dari layanan suara kabel. Namun, Telkom tidak dapat meyakinkan bahwa Telkom akan berhasil dalam menanggulangi dampak negatif dari pergeseran layanan suara kabel oleh layanan suara bergerak dan komunikasi alternatif lainnya atau memperlambat penurunan pendapatan yang berasal dari layanan suara kabel. Migrasi dari layanan suara kabel ke layanan bergerak dan komunikasi alternatif lainnya yang mungkin kian berkembang di masa depan, sehingga akan mempengaruhi kinerja keuangan layanan suara kabel dan berdampak negatif secara material bagi hasil operasional, kondisi keuangan dan prospek menyeluruh dari usaha Telkom. Untuk itu, Telkom telah berupaya meningkatkan jaringan akses telepon kabel tidak bergerak dan infrastruktur yang telah ada menuju infrastruktur NGN (Next Generation Network) dengan kemampuan broadband. Sejak 2009 TELKOM meluncurkan Fixed Business Improvement Program (“FBIP”) atau program peningkatan telepon tidak bergerak yang memberikan promosi pada pelanggan telepon tidak bergerak yang telah ada atas berbagai paket tagihan tetap bulanan untuk panggilan lokal dan SLJJ sampai dengan volume panggilan tertentu. Paket tagihan tetap ini ditawarkan pada pelanggan berdasarkan data historis volume pemakaian pelanggan tersebut.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
·            Beberapa strategi yang dilakukan oleh PT. Telkom untuk mempertahankan jumlah pelanggan telepon rumah Telkom adalah
1.         Untuk meningkatkan kualitas sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak, TELKOM mengupayakan penyediaan layanan konektivitas yang handal dan berkualitas baik untuk panggilan lokal, SLJJ maupun panggilan internasional.
2.         Untuk mengurangi banyaknya cabutan pelanggan telepon rumah, TELKOM melanjutkan promosi ”fixed business improvement program”, yang menawarkan paket pembayaran tetap bulanan untuk panggilan lokal dan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) hingga jumlah ter tentu berdasarkan sejarah jumlah pemakaian pelanggan terkait.
3.         Untuk meningkatkan loyalitas pelanggan telepon kabel tidak bergerak, TELKOM meluncurkan program point reward ‘TELKOM Poin Rejeki Tumpah’. Poin yang diperoleh pelanggan dapat ditukarkan dengan hadiah langsung dengan jumlah poin tertentu atau dapat digunakan untuk memperoleh manfaat tertentu berupa undian berhadiah.
4.         Untuk mengembangkan jaringan sambungan Telepon Tidak Bergerak,  Pada tahun 2010 TELKOM memperkuat infrastruktur NGN (Next Generation Network) dengan kemampuan broadband.

SARAN
Untuk lebih memaksimalkan strategi mempertahankan jumlah pelanggan Telepon Rumah Telkom, selain dengan melaksanakan program-program berhadiah seharusnya juga dengan menambah dan memperbaharui fitur-fitur atau layanan yang ada di Telepon Rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Inda Evelyn. 2004. Analisis Perilaku Konsumen Sebagai Respon dari Strategi Pemasaran Produk TelkomFlexi – PT. Telkom Tbk. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/19489/H04IEF.pdf?sequence=1. diakses tanggal 23 April 2011
Kompas. 2011. Laba Telkom Kuartal I Rp 2,77 Triliun. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/30/20143070/Laba.Telkom.Kuartal.I.Rp.2.77.Triliun. diakses tanggal 23 April 2011.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 2011. Laporan Tahunan 2010. http://www.telkom.co.id/download/File/UHI/Tahun2011/AnnualReport/ARTELKOM2010F.pdf diakses tanggal 23 April 2011.
Simtronik. 2009. 74% Pelanggan Telkom Ikuti TRRT. http://simtronik.com/2009/12/74-pelanggan-telkom-ikuti-trrt/. diakses tanggal 23 April 2011.
Tekno Telkom. 2010. IPTV Telkom Bakal Ubah Perilaku Penonton. http://tekno.kompas.com/read/2010/10/30/03001553/.IPTV.Telkom.Bakal.Ubah.Perilaku.Penonton. diakses tanggal 23 April 2011.
Telkom. 2009. Telkom Lanjutan Program Poin Reward Telepon Rumah Rejeki Tumpah. www.telkom.co.id/.../telkom-lanjutan-program-poin-reward-telepon-rumah-rejeki-tumpah.html. diakses tanggal 23 April 2011.